Bagi kebanyakan praktisi di dunia digital ads, beragam strategi yang ditawarkan oleh planner dari tim marketing agar goal pada sebuah produk atau brand tercapai. Metode test and learn ini bisa kamu coba untuk meningkatkan performance dari ads, bahkan untuk keseluruhan digital marketing campaign kamu.
Apa itu Test and Learn?

Pertama kali saya mendengar istilah ini dari Facebook. Saya lupa event onlinenya apa, tapi petinggi Facebook Indonesia mengatakan kurang lebih semua campaign performance kesuksesannya itu adalah dari test and learn. Lalu saya mulai menelaah apa yang sudah pernah saya kerjakan selama ini, ya, memang kalau kita tidak mengambil learning dari past campaign dan mengetes banyak channel, kita akan sulit mendapatkan goal yang lebih besar pada sebuah campaign.
Menurut thedrum.com, test and learn adalah metode data-driven untuk meningkatkan performance campaign, website dan brand melalui serangkain tes. Sembari kita melakukan tes, kan pasti ada hasilnya berupa data yang terekam pada dashboard atau analytics, nah data itu bisa kita gunakan untuk meningkatkan performance kita pada next period atau next stepnya. Untuk learningnya juga kita bisa cek pada saat hasil tes tersebut bagian mana yang bisa digunakan atau bagian mana yang bisa dikurangi. Karena semuanya berbasis data pada dashboard, kita jadi lebih mempunyai alasan yang kuat atau justifikasi yang lebih dalam untuk setiap rekomendasi yang kita tawarkan.
Biasanya Test and Learn untuk apa?
Semua sisi digital marketing bisa menggunakan metode ini. Terkadang saat kita membuat plan dan itu disetujui klien, kita menentukan budget dan rekomendasi untuk beberapa platform, namun dalam perjalanannya, bisa saja platform tersebut tidak menghasilkan goal yang kita harapkan.
Test and learn pada campaign conversion atau lead
Misalnya yang paling gampang adalah untuk campaign yang berlabel conversion atau lead. Kedua jenis campaign ini sangat rumit kalau tidak ada metode test and learn menurut saya, karena data yang dihasilkan bisa saja meleset dari perkiraan sebelumnya, kalau melebihi KPI itu bagus, namun kalau kurang dari KPI, yah sedih banget :(. Jadi ada baiknya kita sepakati dulu dengan klien dan tim marketing, apabila pada saat evaluasi mingguan dan bulanan, goal conversion atau lead belum terpenuhi, ada baiknya kita melakukan perubahan besar pada plan yang sudah disetujui sebelumnya.
Saya pernah mengerjakan traffic campaign yang agak rumit, awalnya saya menetapkan budget yang lebih besar pada platform A dan B daripada platform C, karena saya pikir dan saya sudah hitung, kedua platform itu yang dapat mendatangkan traffic yang berkualitas lebih banyak. Namun kenyataannya, ternyata platform C yang memberikan hasil yang lebih memuaskan, terlihat dari data Google analytics yang menunjukkan grafik goal yang lebih tinggi dari platform C. Pada hal ini dibutuhkan kecepatan dalam memutuskan dari kita dan tim marketing atau klien agar bisa switch budget yang tersisa ke platform yang lebih perform.
Test and learn pada campaign SEO
Biasanya, kalau sudah menyangkut organic content diperlukan data dan sumber yang lebih banyak, termasuk jam terbang yang tinggi juga, agar bisa mendapatkan hasil yang lebih tinggi. SEO sendiri mempunyai banyak tips dan trick yang beredar di internet agar tidak hanya mendapatkan session yang berkualitas, namun bisa sampai ke goal yang tinggi juga.
SEO merupakan cara paling murah untuk mendapatkan session yang timeless, walau prosesnya memang cukup tricky dan melelahkan mata. Hahaha. Dengan menggunakan test and learn pada konten-konten SEO onpage dan offpage, diharapkan bukan saja meningkatkan visibilitas dan traffic, tapi juga bisa meningkatkan goal pada page tertentu, misalnya page yang berhubungan dengan transaksi atau purchase, atau page yang berhubungan dengan form. Walau nilai prosentasenya kadang kecil, tapi tidak menutup kemungkinan, dengan test and learn SEO, kita dapat menghasilkan transaksi atau lead yang lebih banyak dan tidak lekang oleh waktu.
Test and learn pada campaign digital marketing lain
Saya sering melihat contoh-contoh lead magnet menggunakan newsletter atau email marketing di internet. Semakin kesini, rata-rata contohnya, untuk cold email marketing misalnya dengan menggunakan converkit, subject emailnya lebih personal dan seperti berbicara langsung dengan kita, seolah email dengan teman, misalnya subject email Neil Patel baru-baru ini: What will you do when you need leads?, padahal isinya untuk cek page Traffic & Growth Virtual Summit. Dilihat dari konten emailnya juga memberikan kesan seperti bicara dengan Neil langsung.

Penerapan test and learn mulai dari phase apa dan kapan memulainya?
Saya sarankan gunakan test and learn dari phase explore atau awareness, sehingga ketika memasuki phase selanjutnya atau memasuki funnel yang lebih kecil, kita mempunyai data yang cukup bisa membuat goal yang lebih besar. Kapan memulainya? Sesegera mungkin. Kalau dari sejak awal campaign atau awal phase kita tidak menggunakan test and learn, kita bisa mencoba mulai saat ini juga. Dengan melihat dan mempelajari data yang ada dan mengetest hal yang lain, mungkin bisa membuat performance lebih baik dan goal lebih besar nantinya.
Selamat mencoba! Baca juga artikel lainnya di blog Lisda atau ada juga artikel tentang SEO di sini loh!
Leave a Reply