[1] Mata kucing diatas plafon

Mata itu terus menerus menatap Mira dari atas plafon, dari kemarin lusa. Mira baru sadar ada sepasang mata yang terus mengawasinya di tengah malam, dari plafon kamarnya yang sedikit bolong, saat dia menatap lekat-lekat ke plafon itu.

Mata itu menyala. Seperti mata kucing. Mira awalnya kaget dan takut, tapi karena dia merasa itu adalah mata kucing, ditambah dia mendengar suara kresek-kresek dari atas plafon, dia menganggap itu adalah kucing liar yang masuk ke plafon kamarnya dari luar rumah, entah darimana masuknya. Tapi Mira tidak mendengar suara kucing mengeong. Hanya mata itu saja yang lekat menatap Mira. Besok pagi, Mira akan minta bantuan bapak untuk cek plafon kamarnya, soalnya ada kucing diatasnya.


“Enggak ada apa-apa diatas plafon kok, Mir..” kata bapak sambil menyalakan senter dan mengecek ke atas plafon melalui lobang tempat Mira melihat mata kucing sejak lusa kemarin. Mira memegangi tangga agar bapak bisa melihat lebih jelas ke lubang plafon.

“Coba pastikan lagi, Pak… Udah tiga hari nih, Mira liat mata kucing mulu tiap tengah malam. Ada kucing yang masuk ke plafon kali dari luar..” ujar Mira.

“Hmm.. lobangnya kesempitan, tapi kayak enggak ada gerakan apa-apa. Coba deh bapak naik ke plafon lewat belakang.” kata bapak lagi. Di belakang dekat dapur memang ada plafon yang bisa dibuka untuk akses masuk orang ke atas plafon. Biasanya bapak buka itu untuk taruh alat-alat pertukangannya.

“Iya Pak. Mana tahu itu kucing emang masuk entah darimana, terus ngintipin Mira malam-malam ini. Atau jangan-jangan dia terjebak enggak bisa keluar dari plafon.” ujar Mira.


“Enggak ada apa-apa nih Mir! Kamu yakin kucingnya ada di atas plafon kamar kamu?” tanya bapak setengah berteriak dari atas plafon. Dia sudah naik ke atas plafon dan mengecek langsung ke plafon kamar. Sebagian kepalanya mengintip ke bawah kamar Mira. Mira saat itu ada dibawah tepat di plafon yang bolong.

“Hah, enggak ada Pak? Apa kucingnya sudah pergi ya?” Mira menatap bapaknya yang masih mengintip dari lubang plafon.

“Iya ini enggak ada binatang diatas sini. Adanya peralatan pertukangan bapak sama papan-papan aja. Bapak tutup dulu ini lobang plafonnya. Nanti kamu dibawah disapu ya, pasti kotoran plafonnya turun, kamu keluar kamar dulu. Eh sebelum itu, buka jendela kamarnya, biar enggak debu!”

Mira menuruti perintah bapaknya. Jendela dia buka lebar-lebar. Dari atas plafon, bapak mulai mengerjakan pekerjaannya menambal plafon yang bolong. Debu-debu berjatuhan ke lantai. Mira keluar kamar, debunya halus, bisa-bisa bengek Mira kambuh kalau sampai terhirup.

Selang beberapa waktu, sekitar setengah jam, bapak sudah turun dari atas plafon. Dia mengecek ke kamar Mira.

“Tuh, udah rapi. bapak tadi tambalnya agak kenceng, jadi enggak bisa dikorek sama binatang lemnya. Nanti malam kalau kamu dengar suara kucing, kasih tahu bapak ya.” kata bapak. Mira melihat hasil kerja bapaknya, memang lubang di plafon sudah cukup tertutup sekarang.


Malam itu dan malam selanjutnya, tidak ada suara kucing atau apapun. Mira mulai berpikir, waktu itu, Mira merasa memang itu adalah mata kucing yang menatapnya. Tapi bapak tidak melihat ada tanda-tanda binatang. Berarti sekarang kucing itu sudah pergi?

Seminggu berlalu. Malam itu, Mira merasa sangat aneh. Mira merasa ada mata kucing lagi yang menatapnya dari balik tambalan lubang plafon. Awalnya Mira merasa itu hanya khayalannya saja, tapi ternyata, memang ada sorot mata yang menembus bekas lubang plafon itu. Kali ini Mira merasa, itu pasti bukan mata kucing lagi, tapi mungkin mata milik benda atau makhluk lain.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: